Beranda | Artikel
Jangan Revolusi!! (Bag. 1)
Kamis, 9 Februari 2017

Jangan Revolusi!! (Bag. 1)

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Keamanan adalah nikmat besar yang banyak dilupakan. Manusia lupa, dan Allah terus memberinya.

Diantara dalil bahwa nikmat aman adalah nikmat yang sangat besar,

Pertama, Allah jadikan nikmat aman sebagai salah satu alasan untuk memerintahkan orang musyrikin quraisy agar mau masuk islam.

Allah berfirman,

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

Hendaknya mereka menyembah Rab Pemilik ka’bah ini, yang telah memberi makan mereka ketika lapar dan memberi jaminan keamanan mereka ketika takut. (QS. Quraisy: 3-4).

Ada banyak nikmat yang Allah berikan kepada orang Quraisy. Namun ketika Allah ingatkan mereka untuk masuk islam, Allah sebutkan 2 nikmat, makanan dan rasa aman. Ini menunjukkan nikmat aman adalah nikmat besar.

Kedua, Allah jadikan jaminan keamanan sebagai balasan bagi orang beriman yang meninggalkan semua bentuk kesyirikan.

Allah berfirman,

الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am: 82)

Beriman dan meninggalkan kesyirikan adalah amal luar biasa. Karena amal ini kunci surga dan jaminan perlindungan dari neraka. Ketika iman seseorang sama sekali tidak pernah dicampuri dengan kesyirikan maka dia akan mendapatkan jaminan aman secara mutlak.

Ketiga, Allah jadikan rasa takut, sebagai salah satu musibah bagi manusia

Allah berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sebagian ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155)

Dalam ayat ini, Allah menyebut rasa takut sebagai bala’ (cobaan), berarti kebalikannya, yaitu aman adalah nikmat dari Allah.

Karena siapapun menyadari,

Dengan nikmat aman manusia bisa bekerja, beribadah tanpa gangguan…

Dengan nikmat aman, manusia bisa mengajar, belajar, berdakwah tanpa ketakuktan…

Dengan nikmat aman, manusia bisa melakukan aktivitas sesuai yang direncanakan…

Aman itu nikmat, sekalipun kita tidak perah menyebutnya dalam doa-doa kita…

Ketika Ada Ketegangan Rakyat dan Pemerintah

Salah satu sumber terbesar hilangnya rasa aman adalah ketika terjadi sengketa antara pemerintah dengan rakyatnya. Ketika pemerintahnya muslim dan rakyatnya juga muslim, ketegangan ini sangat merugikan bagi umat muslimin. Apapun yang terjadi, korbannya adalah kaum muslimin. Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama mengajak sebisa mungkin jangan sampai terjadi pemberontakan dari rakyat muslim kepada pemerintah muslim…

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَكُونُ أُمَرَاءٌ تَلِينُ لَهُمُ الْجُلُودُ ، وَلا تَطْمَئِنُّ إِلَيْهِمِ الْقُلُوبُ ، ثُمَّ يَكُونُ أُمَرَاءٌ تَشْمَئِزُّ مِنْهُمُ الْقُلُوبُ ، وَتَقْشَعِرُّ مِنْهُمُ الْجُلُودُ ” ، فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفَلا نُقَاتِلُهُمْ ؟ قَالَ : ” لا ، مَا أَقَامُوا الصَّلاةَ “

“Akan ada pemimpin yang membuat hati menjadi tenang, kulit tidak tegang… kemudian akan ada pemimpin yang membuat hati gregetan dan kulit jadi tegang.”

Lalu seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bolehkah kita perangi mereka?”

Jawab beliau, “Jangan, selama dia masih menjalankan shalat.” (HR. Ahmad 11005 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Dalam hadis lain, dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ

Akan ada setelahku para pemimpin yang tidak mengambil petunjuk dariku dan tidak mengikuti ajaranku. Dan di tengah mereka akan ada beberapa penguasa ber-hati setan yang bersemayam di badan manusia…

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu bertanya,

كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ

Apa yang harus aku lakukan Ya Rasulullah, jika aku menjumpai hal itu?

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Dengarkan dan taati pemimpinmu. Meskipun punggungmu dipukul, hartamu dirampas, dengarkan dan taati.” (HR. Muslim 4891).

Dan hadis yang semisal sangat banyak…

Barangkali ada orang yang berfikir, jika seperti ini caranya, berarti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat memihak pemimpin. Hadis ini terlalu menguntungkan pemimpin…

Mohon baca dan renungkan hadis tersebut dengan baik…

Apa kepentingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap pemimpin? Apakah beliau mengharapkan dukungan dari mereka?

Tentu tidak.. beliau sama sekali tidak butuh para pemimpin di kalangan umatnya. Beliau tidak memiliki kepentingan terhadap harta maupun jabatan mereka.

Lalu mengapa beliau sangat menekankan rakyat untuk mentaati pemimpinnya? Apakah beliau tidak membela rakyat?

Justru nasehat ini beliau sampaikan, karena Beliau sangat mencintai rakyat kaum muslimin…

Orang cerdas akan memandang semua potensi dampak yang muncul ketika terjadi masalah…

Siapapun manusia yang diberi oleh Allah kelebihan duniawi, sementara iman dan taqwanya terbatas, bisa dipastikan itu akan menjadi potensi baginya untuk melakukan penyimpangan. Termasuk ketika dia mendapatkan jabatan sebagai pemimpin. Sehingga hampir semua pemimpin punya potensi untuk mendzalimi rakyatnya.

Jika realita ini tidak bisa dipungkiri, sementara rakyat dibiarkan bebas untuk memberontak pemimpinnya, maka selamanya negeri muslim akan selalu tegang dengan pemimpinnya. Lantas kapan mereka bisa hidup nyaman… kapan mereka bisa membangun negaranya… sementara mereka terus ber-seteru…

Sehingga nasehat ini, hakekatnya bukan merugikan rakyat, bukan menyudutkan rakyat, tapi demi kemaslahatan rakyat… karena beliau sangat mencintai umatnya…

Allahu a’lam.

Baca artikel lanjutannya: Jangan Revolusi! (Bag. 2)

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/29157-jangan-revolusi-bag-1.html